Rabu, 14 Maret 2012

askep SYOCK (GANGGUAN SIRKULASI)


SYOCK (GANGGUAN SIRKULASI)

I.        Definisi :
-        Suatu keadaan / syndrome gangguan perfusi jaringan yang menyeluruh sehingga tidak terpenuhinya kebutuhan metabolisme jaringan.
(Rupii, 2005)
-        Keadaan kritis akibat kegagalan sistem sirkulasi dalam mencukupi nutrien dan oksigen baik dari segi pasokan & pemakaian untuk metabolisme selular jaringan tubuh sehingga terjadi defisiensi akut oksigen akut di tingkat sekuler.
(Tash Ervien S, 2005)
II.     Klasifikasi Syock :
a.       Syock kupoveolenik
b.      Syock distributif (berubahnya tonusvaskuler akibat neurohormonal)
c.       Syock kardiogenik (kegagalan pompa jantung)
d.      Syock septik
e.       Syock obsmertif (obstuksi persision dan jalan keluar jantung)

III.   Stadium Syock
a.       Kompensasi :
Komposisi tubuh dengan meningkatkan reflek syarpatis yaitu meningkatnya resistensi sistemik dimana hanya terjadi detruksi selektif pada organ penting. TD sistokis normal, dioshalik meningkat akibat resistensi arterial sistemik disamping TN terjadi peningkatan skresi vaseprsin dan aktivasi sistem RAA. menitestasi khusus talekicad,  gaduh gelisah, kulit pucat, kapir retil > 2 dok.
b.      Dekompensasi
Mekanisme komposisi mulai gagal, cadiac sulfat made kuat perfusi jaringan memburuk, terjadilah metabolisme anaerob. karena asam laktat menumpuk terjadilah asidisif yang bertambah berat dengan terbentuknya asan karbonat intrasel. Hal ini menghambat kontraklilitas jantung yang terlanjur pada mekanisme energi pompo Na+K di tingkat sel.
pada syock juga terjadi pelepasan histamin akibat adanya smesvar namun bila syock  berlanjut akan memperburuk keadaan, dimana terjadi vasodilatasi disfori & peningkatan permeabilitas kapiler sehingga volumevenous retwn berkurang yang terjadi timbulnya depresi muocard.
Maniftrasi klinis : TD menurun, porfsi teriter buruk olyserci, asidosis, napus kusmail.
c.       Irreversibel
Gogal kompersasi terlanjut dengan kuratian sel dan disfungsi sistem nultragon, cadangan ATP di keper dan jantung habis (sintesa baru 2 jam). terakhir kematian walausirkulasi dapat pulih manifestasi klinis : TD taktenkur, nadi tak teraba, kesadaran (koma), anuria.

IV.  Penatalaksanaan Syock
Target utama, pengelolaan syock adalah mencukupi penyediaan oksigen oleh darah, untuk jantung (oksigen deliverip)
a.       Obsigonasi adekuat, hindari hyroksemia.
Tujuan utama meningkatkan kandungan oksigen arteri (CaO2) dengan mempertahankan saturasi oksigen (SaO2) 98 – 100  % dengan cara :
1.      Membebaskan jalan nafas.
2.      Oksigenasi adekuat, pertahankan pada > 65 = 7 mmHg.
3.      Kurangi rasa sakit & auxietas.
b.      suport cadiovaskuler sistem.
1.      Therapi cairan untuk meningkatkan preload
-        pasang akses vaskuler secepatnya.
-        resusitasi awal volume di berikan 10 – 30 ml/Kg BB cairan kastolord atau kalois secepatnya (< 20 menit). dapat diulang 2 – 3 kali sampai tekanan darah dan perfusi perifer baik.
Menurut konsesus Asia Afrika I (1997).
1).    cairan kaloid lebih dianjurkan sebagai therapi intiab yang dianjurkan kaloid atau kristoloid.
2).    therapi dopaadv berdasarkan respon klinis, perfusi perifer, cup, mep sesuai unsur.
2.      Obat-obatan inetropik untuk mengobati disretmia, perbaikan kontraklitas jantung tanpa menambah konsumsi oksigen miocard.
1).    Dopevin (10 Kg/Kg/mut) meningkatkan vasokmstrokuta.
2).    Epinoprin : Meningkat tekanan perfusi myocard.
3).    Novepheriphin : mengkatkan tekanan perfusi miocard.
4).    Dobtanine : meningkatkan cardiak output.
5).    Amiodarone : meningkatkan kontraklitas miocard, luas jantung, menurunkan tekanan pembuluh darah sitemik.

V.     Pengkajian primer
  1. Air way :          -    Apakah ada obstruksi? lendir?
-         Menjaga jalan nafas manual (Head alt left manufaktur)
-         Menguasai jalan nafas dengan alat (Nasi/Nophoing, inkubasi)
  1. Breathing:         -     RR
-         dispneo ? SaO2 > 95 % ?
-         responsitilasi
  1. Ciculapis :         -     HR, kualitas nadi
-         Perfusi kulit
-         TD
-         Praduksi urine

VI.  Diagnosa dan Intervensi Perawatan
1.      Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan COP, venus retunpress
a.       Tujuan :      - Mempertahankan hemodinamik
                                    - Status mental stabil
b.      Intervensi :
1).    Monitor tanda vital, perfusi perifer, intake dan output
2).    Lakukan pemeriksaan BGA sesuai administrasi.
3).    Berikan Oksigonasi adekuat.
4).    Berikan dehidrasi parenteral sesuai advis


























VII.            DAFTAR PUSTAKA
-              Hudek & Bolla (1997) Keperawaan Kritis pendekatan Holistik, Jakarta,EGC.
-              Smetter &Bare (2002) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner Suddarth, Jakarta, EGC.
-              Schmacer (1997) skema diagnosa dan penatalaksanaan gawat darurat Jakarta, EGC.
-              Drerses, E Maryh (205) Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3 Jakarta EGC.
-              Yayasan Hulalars, Gawat Darurat 118 (2005) Pelatihan BTUS Jakarta.

ASKEP THALASEMIA


THALASEMIA

A.     Definisi
Thalasemia merupakan penyakit anemia hemolitikdimana terjadi kerusakan sel darah merah didalam pembluh darah sehingga umur erirosit menjadi pendek ( kurang dari 100 hari ).
Thalasemia merupakan penyakit anemua hemolitik herediter yang diturunkan secara resesif, secara molekuler dibedakan menjadi thalasemia alfa dan beta, sedangkan secara klinis dibedakan menjadi thalasemia mayor dan minor ( Mansjoer, Kapita Selekta Kedokteran, 2000 : 497 )

B.     Proses patologi
Hemoglobin pasca kelahiran yang normal terdiri dari dua rantai alfa dan beta polipeptide. Dalam beta thalasemia, ada penurunan sebagian atau keseluruhan dalam proses sintesis molekul hemoglobin rantai beta, Konsekuensi adanya peningkatan compensatory dalam proses pensintesisan rantai alfa dan produksi rantai gamma tetap aktif, dan menyebabkan ketidaksempurnaan formasi hemoglobin. Polipeptida yang tidak seimbang ini sangat tidak stabil, mubah terpisah dan merusak sel darah merah yang dapat menyebabkan anemia yang parah. Untuk menanggulangi proses hemolitik, sel darah merah dibentuk dalam jmlah yang banyak, atau setidaknya sumsum tulang ditekan dengan proses trannfusi. Kelebihan Fe dari penambahan RBCs dalam transfusi serta kerusakan yang cepat dari sel defectif disimpan dalam berbagai organ ( hemosiderosis )




 


C.     Pathways
Hemoglobin post natal ( Hb A )

Rantai alfa                                                     Rantai beta

                                                                                                           Defisiensi rantai beta
 

                                        Thalassemia beta                        Defisiensi sintesa rantai beta
 

Hiperplasia    Menstimuli              Hemopoiesis                                   Sintesa rantai alfa
Sumsum tulang            eritropoiesis              extramedular

Perubahan                     SDM rusak            Splenomegali                        Kerusakan pem
Skeletal                                                          limfadenopati                            bentukan Hb

Anemia                          Hemolisis               Hemokromatosis                          Hemolisis
 

Maturasi Sexual            Hemosiderosis           Fibrosis                               Anemia berat
& pertumbuhan           
Terganggu                    Kulit kecoklatan                                   Pembentukan eritrosit 
                                                                                                     oleh  sumsum tulang
                                                                                                        disuplay dari transfusi

                                                                                                                          Fe meningkat

                                                                                                                             Hemosiderosis
 

Jantung          Liver       Kandung empedu                                pancreas                limpa

Gagal              Sirosis                    Kolelitiasis            Diabetes                Splenomegali
Jantung





D.    Manifestasi klinis
Ø  Letargi
Ø  Pucat
Ø  Kelemahan
Ø  Anorexia
Ø  Diare
Ø  Sesak nafas
Ø  Pembesaran limfa dan hepar
Ø  Ikterik ringan
Ø  Penipisan kortex tulang panjang, tangan dan kaki.
Ø  Penebalan tulang kranial

E.     Pemeriksaan penunjang
Ø  Pemeriksaan laboratorium darah     :
- Hb                           :
      Kadar Hb 3 –  9 g%
- Pewarnaan SDM    :
   Anisositosis, poikilositosis, hipokromia berat,target cell, tear drop cell.
Ø  Gambaran sumsum tulang   
            eritripoesis hiperaktif
Ø  Elektroforesis Hb    :
-         Thalasemia alfa : ditemukan Hb Bart’s dan Hb H
-         Thalasemia beta : kadar Hb F bervariasi antara 10 – 90 % ( N : <= 1 % )






F.      Fokus pengkajian
1.      Pengkajian fisik
a.       melakukan pemeriksaan fisik
b.      kaji riwayat kesehatan, terutama yang berkaitan dengan anemia (pucat, lemah, sesak, nafas cepat, hipoksia, nyeri tulang, dan dada, menurunnya aktivitas, anorexia, epistaksis berlang )
c.       Kaji riwayat penyakit dalam keluarga.

2.      Pengkajian umum
a.       Pertumbuhan yang terhambat
b.      Anemia kronik
c.       Kematangan sexual yang tertunda.

3.      Krisis vaso Occlusive
a.       Sakit yang dirasakan
b.      Gejala yang dirasakan berkaitan denganischemia daerah yang berhubungan:
- Ekstrimitas           : kulit tangan dan kaki yang mengelupas disertai rasa sakit yang menjalar.
- Abdomen : terasa sakit
- Cerebrum            : troke, gangguan penglihatan.
- Liver     : obstruksi, jaundice, koma hepaticum.
- Ginjal    : hematuria
c.       Efek dari krisis vaso occlusive adalah:
·        Cor                  : cardiomegali, murmur sistolik.
·        Paru – paru      : ganguan fungsi paru, mudah terinfeksi.
·        Ginjal               : Ketidakmampuan memecah senyawa urine,  gagal ginjal.
·        Genital              : terasa sakit, tegang.
·        Liver                : hepatomegali, sirosis.
·        Mata                :Ketidaknormalan lensa yang mengakibatkan gangguan penglihatan, kadang menyebabkan terganggunya lapisan retina dan dapat menimbulkan kebutaan.
·        Ekstrimitas  : Perubahan tulang – tulang terutama menyebabkan bungkuk, mudah terjangkit virus Salmonella, Osteomyelitis.

G. Diagnosa Keperawatan:
1.      Perubahan perfusi jaringan b.d berkurangnya komponen selular yang penting untuk menghantakan oksigen murni ke sel.
2.      Intoleransi aktivitas b.d tidak seimbangnya kebutuhan pemakaian dan suplay oksigen.
3.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kurang selera makan.
4.      Koping keluarga inefektif b.d dampak penyakit anak terhadap fungsi keluarga.

H.    Fokus intervensi
1.      Tingkatkan oksigenasi jaringan, pantau adanya tanda – tanda hipoksia, sianosis, hiperventilasi, peningkatan denyut apex, frekwensi nafas dan tekanan darah.
2.      Berikan periode istirahat yang sering untuk mengurangi pemakaian oksigen.
3.      Pantau peggunaan produk darah, kaji tanda reaksi transfusi ( demam, gelisah, disritmia jantung, menggigil, mual, muntah, nyeri dada, urine merah / hitam, sakit kepala, nyeri pinggang, tanda – tanda shock / gagal ginjal ).
4.      Pantau adanya tanda – tanda kelebihan cairan sirkulasi ( duispnea, naiknya frekwensi pernafasan, sianosis, nyeri dada, batuk kering )
5.      Minimalkan atau hilangkan nyeri.
6.      Cegah infeksi, kaji tanda infeksi, demam, malaise, jaringan lunak dan limfonodus meradang / bengkak.
7.      Pantau tanda komplikasi : Kolaps vaskuler dan shock, splenomegali, infark tulang dan persendian, ulkus tungkai, stroke, kebutaan, nyeri dada, dispnea, pertumbuhan dan perkembagan yang tertunda.
8.      Berikan penjelasan kepada anak sesuai usia dan tentang prosedur perawatan di rumah sakit.
9.      Beri dukungan kepada anak dan keluarga.
10.  Anjurkan anggota keluarga melakukan screening BBL dan anggota keluarga.
































Daftar Pustaka

  1. Cecilly L Betz, Buku saku keperawatan pediatri, Ed 3. EGC Jakarta;2002
  2. Doenges, Moorhouse, Geissler, Rencana asuhan keperawatan, pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pesien. EGC Jakarta;2000
  3. Mansjoer, Kapita selekta kedokteran Ed 3, jilid 2 Media Aesculapius Jakarta : 1999