BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kegiatan
KKN-Profesi Kesehatan STIK Makassar merupakan kegiatan belajar di lapangan yang
melibatkan mahasiswa profesi keperawatan dan kesehatan masyarakat secara aktif
bekerja sama menyatukan programnya dengan program puskesmas. Pelaksanaan
kegiatan KKN-PK STIK Makassar bertitik tolak pada landasan pemikiran bahwa STIK
Makassar merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat. Sejalan
dengan dinamika kemajuan masyarakat dan perubahan-perubahan dalam pembangunan,
maka pelaksanaan KKN-PK senantiasa disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat
serta visi dan misi STIK Makassar. KKN-PK merupakan salah bentuk kegiatan
pengabdian kepada masyarakat yang di dalamnya telah terpadu dengan tri darma
Perguruan Tinggi yaitu darma pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat.
Kegiatan KKN-PK
sebagai kegiatan intra kurikuler dilaksanakan oleh setiap mahasiswa program S-1
STIK Makassar yang dibimbing oleh unsur-unsur terkait di lingkungan STIK
Makassar dan pejabat di wilayah kerja KKN-PK. Program KKN-PK yang dipersiapkan
STIK Makassar, menuntut adanya peningkatan bobot profesi dan dalam
pelaksanaannya dilakukan secara interdisplin serta harus bermanfaat bagi
masyarakat.
B.
Tujuan KKN-PK
1.
Tujuan umum
Memberikan
pendidikan kepada mahasiswa. Namun demikian, karena pelaksanaannya mengambil
lokasi di puskesmas dan masyarakat dan memerlukan keterlibatan keduanya, maka
realisasinya di lapangan sekaligus dapat memberikan manfaat bagi masyarakat.
Oleh karena itu, KKN-PK mengarah untuk memberikan pendidikan pelengkap kepada
mahasiswa, membantu masyarakat melancarkan pembangunan kesehatan di wilayah
masing-masing. Melalui KKN-PK akan terlihat bahwa perguruan tinggi bukan
merupakan suatu kelembagaan yang terpisah dari masyarakat. Akan terjadi saling
keterikatan dan saling ketergantungan baik secara fisik maupun emosional antara
perguruan tinggi dan masyarakat, sehingga pada gilirannya akan terasa bahwa
peranan perguruan tinggi sebagai pusat pengembangan IPTEKS menjadi lebiih
nyata.
2.
Tujuan khusus
a.
Dapat mengerti, menghayati, melaksanakan
cara berfikir dan bekerja secara interdisipliner.
b.
Dapat menelaah dan memecahkan masalah
yang ada di masyarakat secara praktis ilmiah dengan menggunakan pendekatan yang
ilmiah pula.
c.
Mampu melaksanakan program pengembangan
dan pembangunan bersama masyarakat yang bertumpu pada kultur (kerja) setempat.
d.
Mampu mengaplikasikan ilmu yang telah
diperoleh di perguruan tinggi di tengah masyarakat khususnya dalam bidang
masyarakat.
C.
Manfaat KKN-PK
1.
Bagi mahasiswa:
a.
Terpapar dengan berbagai masalah nyata
dilapangan baik yang berhubungan dengan kesehatan masyarakat maupun diluar
kesehatan masyarakat.
b.
Mendapat pengetahuan dan keterampilan
yang lebih aplikatif dalam bidang yang diminati.
c.
Bekerja dalam tim untuk memecahkan
masalah kesehatan dan terlatih dalam mengelola berbagai dinamika yang mungkin
timbul dalam kelompok.
d.
Menggunakan metodologi yang relevan
menganalisis situasis, mengindatifikasi masalah, menetapkan alternative
pemecahan masalah, merencanakan programintervensi, menerapkan kegiatan
intervensi, melakukan pemantauan kegiatan intervensi serta menilai keberhasilan
intervensi.
e.
Sebagai pra-kondisi dalam melaksanakan
pendidikan profesi kesehatan masyarakat dengan mengetahui kondisi lapangan yang
sebenarnya.
f.
Memperluas jaringan baik dengan
institusi kesehatan maupun dengan institusi non kesehatan.
g.
Sebagai upaya penjajakan awal sekaligus
melakukan self marketing kepada stake holder untuk memasuki dunia kerja.
2.
Bagi STIK Makassar:
a.
Terbinanya suatu jaringan kerjasama dengan
institusi tempat KKN-PK dalam upaya meningkatkan keterkaitan dan kesepadanan
antara substansi akademik dengan pengetahuan dan keterampilan sumber daya
manusia yang dibutuhkan dalam pembangunan kesehatan masyarakat.
b.
Memperoleh input dalam menyusun
kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan nyata dilapangan.
c.
Meningkatnya kapasitas dan kualitas
pendidikan dengan melibatkan tenaga terampil dari lapangan dalam kegiatan
KKN-PK.
3.
Bagi Institusi terkait:
a.
Penemuan baru mengenai analisis
permasalahan dan kiat-kiat dalam pemecahan masalah kesehatan dalam institusi.
b.
Dapat memnfaatkan tenaga terdidik dalam
membantu kegiatan manajemen dan operasional institusi.
c.
Dapat memanfaatkan tenaga pembimbing
akademik untuk memberi asupan yang relevan dengan kegiatan menajemen maupun
operasional institusi tempat MPP-Kesmas.
d.
Dapat memperoleh asupan yang lebih luas
dari staf STIK Makassar melalui kegiatan seminar, lokakarya dan lain
sebagainya.
e.
Dapat mengembangkan kemitraan dengan
STIK Makassar dan institusi lain yang terlibat dalam KKN-PK, baik untuk
kegiatan penelitian maupun pengembangan.
D.
Waktu dan Tempat
KKN-PK STIK Makassar dilaksanakan selama 2 bulan (8
minggu) dimulai 6 April – 3 juni 2011. Kegiatan dipusatkan pada pusat kesehatan
masyarakat (puskesmas) Lappadata Kec. Sinjai Tengah Kab. Sinjai.
BAB
II
GAMBARAN
UMUM LOKASI KKN-PK
A.
Institusi Secara Umum
1.
Visi, Misi dan Tujuan Puskesmas
Visi Puskesmas
Visi puskesmas Lappadata adalah
sebagai penggerak pembangunan kesehatan di wilayah kerja puskesmas
Lappadata untuk mewujudkan masyarakat yang sehat dan mandiri.
Misi Puskesmas
a.
Meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat, melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta untuk tercapainya
kemandirian masyarakat di bidang kesehatan.
b.
Menyelenggarakan upaya pelayanan
kesehatan yang paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan
c.
Menjamin ketersediaan dan pemerataan
sumber daya kesehatan
d.
Menciptakan tata kelola pelayanan
kesehatan yang baik.
Tujuan
a.
Meningkatkan pemberdayaan masyarakat dan
swasta dalam pembangunan kesehatan melalui kerja sama lintas program dan lintas
sektoral
b.
Meningkatkan pelayanan kesehatan yang
merata, terjangkau, bermutu dan berkeadilan, serta berbasis bukti, menyeluruh
dengan pengutamaan pada upaya promotif dan preventif.
c.
Meningkatkan cakupan pembangunan
kesehatan, melalui pendanaan yang ada di puskesmas dan masyarakat
d.
Meningkatkan pengembangan dan
pendayagunaan SDM kesehatan yang merata dan bermutu.
e.
Meningkatkan ketersediaan, pemerataan,
dan keterjangkauan obat dan alat kesehatan serta menjamin keamanan, khasiat,
kemanfaatan, dan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan.
f.
Meningkatkan manajemen kesehatan yang
akuntabel, transparan berdayaguna dan berhasilguna untuk memantapkan pelayanan
kesehatan yang bertanggung jawab.
Kedudukan
a.
Sistem Kesehatan Nasional
Sebagai sarana pelayanan kesehatan
strata pertama yang bertanggungjawab
menyelenggarakan UKP dan UKM di wilayah kerjanya.
b.
Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota
Sebagai
UPT Dinas Kesehatan yang bertanggungjawab menyelenggarakan
sebagian tugas pembangunan kesehatan Kabupaten/kota di wilayah kerjanya.
c.
Unit Pelaksana Teknis Dinas (Sistem
Pemerintahan Daerah) kesehatan kabupaten/kota
Merupakan
unit struktural Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota bidang kesehatan di tingkat
kecamatan.
d.
Antar Sarana Pelayanan Kesehatan Strata
Pertama
Sebagai
mitra dan sebagai pembina upaya kesehatan berbasis dan bersumberdaya masyarakat
seperti Posyandu, Polindes, Pos Obat Desa dan Pos UKK.
Tugas
a.
Upaya Kesehatan Wajib
Upaya
kesehatan wajib di puskesmas adalah upaya yang wajib ditetapkan berdasarkan
komitmen nasional, regional dan global serta yang mempunyai daya ungkit tinggi
untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
Upaya
kesehatan wajib tersebut, adalah:
1.)
Upaya promosi kesehatan
2.)
Upaya kesehatan lingkungan
3.)
Upaya kesehatan ibu dan anak serta
keluarga berencana
4.)
Upaya perbaikan gizi masyarakat
5.)
Upaya pencegahan dan pemberantasan
penyakit menular
6.)
Upaya pengobatan
b.
Upaya Kesehatan Pengembangan
Upaya kesehatan pengembangan
puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang
ditemukan di masyarakat serta yang disesuaikan dengan kemampuan puskesmas.
Upaya kesehatan pengembangan
dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok puskesmas yang telah ada, yakni:
1.)
Upaya kesehatan sekolah
2.)
Upaya kesehatan olah raga
3.)
Upaya perawatan kesehatan masyarakat
4.)
Upaya kesehatan kerja
5.)
Upaya kesehatan gigi dan mulut
6.)
Upaya kesehatan jiwa
7.)
Upaya kesehatan mata
8.)
Upaya kesehatan usia lanjut
9.)
Upaya pembinaan pengobatan tradisional
Fungsi Puskesmas
a.
Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan
Kesehatan
b.
Pusat Pemberdayaan Masyarakat
c.
Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama
d.
Pelayanan Kesehatan Perorangan
e.
Pelayanan Kesehatan Masyarakat
Kewenangan
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas
kesehatan kabupaten/kota, puskesmas berperan menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di suatu wilayah kerja.
a.
Unit pelaksana teknis
Sebagai unit pelaksana teknis
(UPTD) dinas kesehatan kabupaten/kota, puskesmas berperan menyelenggarakan
sebagian dari tugas teknis operasional dinas kesehatan kabupaten/kota dan
merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan
di Indonesia.
b.
Pembangunan kesehatan
Menyelenggarakan upaya kesehatan
oleh bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
optimal.
c.
Pertanggungjawaban penyelenggaraan
Penanggungjawab untuk sebagian
upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota
sesuai dengan kemampuannya.
d.
Wilayah kerja
Standar wilayah kerja puskesmas
adalah satu kecamatan. Tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari
satu pusksmas, maka tanggung jawab wilayah kerja dibagi antarpuskesmas, dengan
memperhatikan keutuhan konsep wilayah (desa/kelurahan atau RW). Masing-masing
puskesmas tersebut secara operasional bertanggungjawab langsung kepada dinas
kesehatan kabupaten/kota.
B.
Unit Tempat KKN-PK Secara Khusus
1.
Tugas dan Fungsi
a.
Membantu mensukseskan pembangunan
berwawasan kesehatan di tingkat desa
b.
Merupakan perpanjangan tangan puskesmas
dalam rangka melakukan kegiatan pokok dan kegiatan pengembanghan di tingkat
pustu/desa meliputi upaya promotif, preventif, dan kuratif sederhana di tingkat
desa
c.
Melakukan fungsi konsultgasi/rujukan
ketika ada masalah yang terpaut tentang kesehatan di wilayahnya yang berpotensi
menimbulkan KLB yang butuh penanganan serius untuk menyelesaikan masalah
kesehatan masyarakat
2.
Tugas dan Fungsi Dari Masing-Masing Sub
Bagiannya
a.
Kepala PUSTU (Puskesmas Pembantu)
1.)
Melakukan fungsi koordinasi, konsultasi
dan rujukan ke puskesmas
2.)
Membina kemitraan lintas sector dalam
rangka mensukseskan program atau kegiatan kesehatan di tingkat desa
b.
Bidan Desa
1.)
Memberikan pelayanan umum
2.)
Memberikan pelayanan antenatal
3.)
Memberikan pertolongan persalinan
4.)
Memberikan pelayanan nifas
5.)
Memberikan penanganan kegawatan
obstetric dan neonatal
c.
Posyandu
1.)
Wahana kegiatan keterpaduan KB-
Kesehatan ditingkat kelurahan atau desa, yang melakukan kegiatan lima program
prioritas yaitu : KB, Gizi, KIA, Imunisasi, dan Penanggulangan Diare.
2.)
Salah satu wujud peran serta masyarakat
dalam pembangunan, khususnya kesehatan dengan menciptakan kemampuan untuk hidup
sehat bagi setiap penduduk dalam mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang
optimal.
3.)
Forum yang menjembatani ahli tekhnologi
dan ahli kelola untuk upaya-upaya kesehatan yang professional kepada masyarakat
sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat agar dapat hidup sehat.
4.)
Mempercepat penurunan angka kematian
bayi, anak balita, dan angka kelahiran.
5.)
Mempercepat penerimaan NKKBS.
6.)
Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk
mengembangkan kegiatn-kegiatan kesehatan dan lainnya yang menunjang sesuai dengan kebutuhan.
BAB
III
ANALISIS
SITUASI PADA UNIT TEMPAT KERJA
A.
Sarana dan Fasilitas Kesehatan
1. Fasilitas
kesehatan yang ada dalam wilayah kerja puskesmas lappadata adalah sebagai
berikut :
Posyandu : 19 buah
Puskesmas
pembantu : 5 buah
Kendaraan
roda empat : 1 unit
Kendaraan
roda dua : 6 unit
B.
Jumlah dan Kualifikasi Personil
Table
1. Jumlah dan Kualifikasi Pegawai Puskesmas Lappadata
NO.
|
BIDANG
|
JUMLAH
|
|||||||
Strata
Pendidikan
|
Status
Kepegawaian
|
||||||||
SLTP↓
|
SPK
|
D2/D3
|
S1/S2
|
PNS
|
PTT
|
Honor
|
|||
1.
|
Dokter
|
|
|
|
2
|
2
|
|
|
|
2.
|
Perawat
|
|
|
9
|
2
|
6
|
|
5
|
|
3.
|
Perawat
Gigi
|
|
|
4
|
|
2
|
|
2
|
|
4.
|
Bidan
|
|
|
7
|
|
2
|
|
5
|
|
5.
|
Kesmas
|
|
|
1
|
3
|
3
|
|
1
|
|
6.
|
Apoteker
|
|
|
1
|
|
|
|
1
|
|
7.
|
Analis
Kesehatan
|
|
|
1
|
|
1
|
|
|
|
8.
|
Dll
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Total
|
|
|
23
|
7
|
16
|
|
14
|
||
30
|
30
|
||||||||
C.
Uraian tugas personil
Table
2. Uraian Tugas Pegawai Sesuai Bidangnya
NO.
|
BIDANG
|
TUGAS
|
1.
|
Dokter Umum
|
a.
Memimpin PKM
b.
Manajemen tentang ketenagakerjaan
c.
Manajemen tentang suksesnya
program PKM
|
2.
|
Perawat
|
a.
Membantu tugas pimpinan yang
berkaitan dengan tugas yang diberikan,yakni:
b.
Pelayanan pasien dirawat jalan
c.
Pelayanan pasien di OK/UGD
d.
Pelayanan pasien di rawat inap
e.
Pelayanan pasien di poli TB
paru/kusta
f.
Pencatatan dan pelaporan
|
3.
|
Perawat gigi
|
a.
Memberikn pelayanan terhadap
pasien di poli gigi
b.
Pemeriksaan kesehatan gigi dan
mulut untuk anak sekolah di tingkat SD
|
4.
|
Bidan
|
c.
Memberikan pelayanan umum
d.
Memberikan pelayanan antenatal
e.
Memberikan pertolongan persalinan
f.
Memberikan pelayanan nifas
g.
Memberikan penanganan kegawatan
obstetric dan neonatal
|
5.
|
Kesmas:
a.
Promosi kesehatan
b.
Kesehatan lingkungan
c.
Epidemiologi (P2M)
d.
Gizi
|
Promosi
PHBS
Penyehatan
Pemukiman
Pemberantasan
Penyakit Menular (diare, ISPA, malaria, TB,dll)
Distribusi
vit.A/Fe/cap yod, PSG,Promosi Gizi
|
6.
|
Apoteker
|
Pemberian
obat sesuai resep dokter
|
D.
Mekanisme dan Prosedur dari Pelaksanaan
Program
1.
Pelayanan kesehatan wajib (di dalam
gedung Puskesmas)
Upaya
kesehatan wajib puskesmas mencakup promosi kesehatan, kesehatan lingkungan, KB
dan KIA, Gizi, P2M dan pengobatan (medic dasar, OK/UGD, Lab. sederhana)
5 TAHAPAN ALUR PELAYANAN STANDAR PUSKESMAS
LAPPADATA
Rawat Jalan
1. MENDAFTARKAN IDENTITAS PASIEN
DI RUANG LOKET/KARTU
- Pengunjung harus mendaftarkan diri di loket/kartu agar
tercatat dalam kartu kunjungan pasien, dengan menunjukkan kartu identitas
(KTP, askes,
jamkesmas) yang masih berlaku
2. MENUNGGU GILIRAN PANGGILAN DI RUANG TUNGGU
- Silakan menuju ruang tunggu puskesmas, menanti
giliran panggilan pelayanan yang diperlukan
3. MENUJU RUANG PERIKSA PELAYANAN RAWAT JALAN
- Setelah mendapatkan giliran dipanggil oleh
petugas, pasien diarahkan langsung menuju tempat pemeriksaan dokter (poli
umum atau poli gigi) sesuai keluhan yang dialaminya.
4. MENGAMBIL RESEP OBAT DI RUANG APOTEK
- Pengunjung yang mendapatkan resep obat, setelah
diperiksa dokter, dimohon menunggu dengan sabar, pelayanan
obat yang bisa ditebus langsung di
ruangan apotek puskesmas
5. MENINGGALKAN RUANGAN PUSKESMAS
- Para pengunjung mengecek kembali perlengkapan
yang dibawa dan diwajibkan selalu berpartisipasi aktif
menjaga kebersihan dan keasrian ruangan pelayanan dan halaman puskesmas
Rawat Inap
1. Ruangan Unit Gawat Darurat
(UGD)
- Bagi pasien dalam keadaan darurat, pada jam
kerja atau di luar jam kerja,pasien bisa langsung mendaftar menuju ke
ruang UGD.
- Idealnya ruangan UGD harus dilengkapi peralatan
medis, obat-obat danalat kesehatan lainnya untuk kepentingan layanan
darurat.
2. Penataan Ruangan Perawatan
- Jika pasien sudah diperiksa di UGD, dan
dinyatakan bisa dirawat dipuskesmas, maka pasien diantarkan menuju ruang
perawatan
- Dalam hal ini, perlu diperhatikan kelengkapan
tempat tidur, kasur, sprey,meja pasien, meja kerja dan ruang tunggu
keluarga
- Bila pasien tidak mampu dirawat, maka perlu
dirujuk ke Rumah Sakit (RS).
3. Penataan Ruangan Persalinan
- Khusus ibu hamil, mau melahirkan, pasien dengan
keluhan penyakitkandungan, langsung menuju ruangan bersalin.
- Dalam ruangan ini, mesti telah dilengkapi meja
khusus, tempat tidur bayi,inkubator neonatus, alat pertolongan persalinan
normal
- Jika ada indikasi risiko tinggi, pasien harus
segera dirujuk ke RS.
4. Pengaturan Jadwal Jaga Petugas
- Perlu diatur penanggung jawab ruangan, perawat
dan bidan jaga, petugas kebersihan, keamanan, juru masak, tukang cuci yang
membantu pelayanan..
5. Pembenahan Administrasi Pelayanan
- Kelengkapan administrasi antara lain: register
pasien, list catatan medik, perjalanan perkembangan penyakit, pencatan dan
pelaporan pelayanan.
Prinsip
penataaan dan pengaturan ini bisa disesuaikan dengan kapasitas kerja,sumber
dana, sumber daya dari kondisi puskesmas..
E.
Pendekatan Sistem
Pendekatan yang dilakukan di tingkat puskesmas ialah
pendekatan lintas program dan lintas sektor.
1.
Tatanan sekolah
Kegiatan
lintas sektor antara puskesmas dan sekolah, seperti pada Sekolah Dasar
dilakukan pemeriksaan gigi dan mulut, pemberian vitamin A, konsumsi garam
beryodium, vaksinasi TT, pemeriksaan darah, promosi PHBS, dll. Semua kegiatan
tersebut dilaksanakan atas kerjasama lintas program antara program promosi
kesehatan, gizi, poliklinik gigi, dan KIA.
2.
Tatanan tempat kerja
Kegiatan
lintas program antara puskesmas dan industry rumah tangga, seperti pada tempat
pembuatan gula merah dan makanan siap saji. Kegiatan yang dilakukan yaitu
pemeriksaan sanitari produk industry rumah tangga dan cara pembuatannya.
Kegiatan tesebut dilaksanakan atas kerja sama antara program sanitari, gizi,
kesehatan kerja dan promosi kesehatan.
3.
Tatanan tempat-tempat umum
Kegiatan
lintas sector antara puskesmas, dinas tata kota, dinas pertamanan dan dinas
kebersihan. Kegiatan yang dilakukan seperti pengadaan tempat sampah umum.
BAB
IV
IDENTIFIKASI
DAN PRIORITAS MASALAH
A.
Definisi Masalah
1.
Kondisi geografis dan Demografi
Puskesmas Lappadata mempunyai jarak kurang lebih 20
km dari ibu kota Kabupaten Sinjai dan sekitar 200 km dari ibu kota Makassar.
Dari segi jarak Puskesmas Lappadata agak sulit di janngkau oleh penduduk yang
menjadi wilayah kerja Puskesmas, hal ini disebabkan oleh kondisi wilayah yang
terdiri atas gunung-gunung sehingga agak sulit untuk dilalui. Jarak Puskesmas
paling jauh sekitar 5 km dari desa ke kecamatan dimana memakan waktu 30-45
menit dengan menggunakan kendaraan.
Luas wilayah kerja Puskesmas Lappadata sekitar 52,14
km bujur sangkar yang terdiri dari 4 desa dan 1 kelurahan. Puskesmas Lappadata
yang berada di kecamatan Sinjai Tengah merupakan salah satu dari Sembilan
kecamatan yang ada di kabupaten Sinjai.
Wilayah
kerja Puskesmas Lappadata mempunyai kondisi geografis daerah gunung-gunung dan
mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut :
a.
Sebelah Utara berbatasan dengan desa
Bulupoddo
b.
Sebelah Timur berbatasan dengan desa
Kampala
c.
Sebelah Selatan berbatasan dengan desa
Talle
d.
Sebelah Barat berbatasan dengan Sinjai
Borong
Jumlah
penduduk Sinjai Tengah pada tahun 2006 adalah 10.898 data statistik 2006 jiwa
yang terdiri dari laki-laki 5.229 jiwa dan perempuan 5.669 jiwa yang berada dalam wilayah desa.
1)
Kulurahan Samaenre jumlah penduduknya
adalah 2137 jiwa yang terdiri dari laki-laki 1045 jiwa dan perempuan 1.092
jiwa.
2)
Desa Kanrung jumlah penduduknya adalah
2.852 jiwa yang terdiri dari laki-laki 128 jiwa dan perempuan 1463 jiwa.
3)
Desa Baru jumlah penduduknya adalah
1.710 jiwa yang terdiri dari laki-laki 818 jiwa dan perempuan 892 jiwa.
4)
Desa Saotanre jumlah penduduknya adalah
1585 jiwa yang terdiri dari laki-laki 764 jiwa dan perempuan 821 jiwa.
5)
Desa Mattenru Tellue jumlah penduduknya
adalah 2614 jiwa yang terdiri dari laki-laki 1.213 jiwa dan perempuan 1.401
jiwa.
2.
Definisi Masalah
Dari kondisi
geografis dan demografi masalah yang banyak terjadi yaitu ispa dan diare di
mana masalah air dan masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk membuat jamban
menjadi faktor penting sehingga terjadinya penyakit diare.
B.
Bentuk Permasalahan
Dari data 10 penyakit utama, ditemukan bahwa
penyakit yang menempati urutan pertama di wilayah kerja PKM Lappadata ialah
penyakit Ispa (Common cold) berdasarkan data 3 bulan terakhir, yang masuk
kedalam laporan data 10 penyakit utama
triwulan I puskesmas Lappadata tahun
2011
Berikut adalah grafik dari data 10 penyakit utama
triwulan I tahun 2011 di wilayah Puskesmas Lappadata.
Gambar
1.Grafik 10 penyakit utama triwulan I tahun 2011
di
wilayah Puskesmas Lappadata
Sumber : data laporan bulanan 1 PKM
Lappadata
Akan tetapi yang menjadi prioritas masalah adalah
pada bagian kesehatan lingkungan dimana pada empat desa yang masuk wilayah
kerja puskesmas Lappadata yaitu kelurahan samaenre, desa baru, desa mantenru tellue, desa kanrung dan
desa saotanre terdapat satu dusun yang
masih kurang memiliki jamban keluarga tepatnya di desa saotanre dusun haru dan
dari data 10 penyakit utama yang masuk kedalam laporan triwulan I di pustu saotanre tahun 2011 diare
termasuk penyakit yang menempati urutan kedua.
Tabel 3. Distribusi Kepemilikan
Jamban Keluarga
di Desa Saotanre Tahun 2011
No
|
Nama Dusun
|
Jumlah
Rumah
|
Kepemilikan JAGA
|
|
Ya
|
Tidak
|
|||
1
|
Lappa
|
57
|
40
|
17
|
2
|
Haru
|
90
|
22
|
68
|
3
|
Halimping
|
52
|
42
|
10
|
4
|
Saukang
|
49
|
37
|
12
|
|
Jumlah
|
248
|
141
|
107
|
Gambar 2. Grafik
10 Penyakit Utama Triwulan I
Pustu
Saotanre Tahun 2011
Berdasarkan
gambar di atas bahwa penyakit dermatitis
dan diare menjadi penyakit yang banyak di derita oleh masyarakat
saotandre pada triwulan I yaitu dermatitis sebanyak 57 orang dan diare sebanyak
55 orang. Sedangkan penyakit ispa di urutan ketiga dengan jumlah penderita sebanyak
23 orang.
C.
Prioritas Masalah
Berdasarkan dari gambar grafik penyakit utama triwulan I
pustu saotandre, diare merupakan masalah tertinggi ke dua yang
muncul dari tahun ke tahun di desa
saotandre. Diare
disini lebih di karenakan karena belum kesadaran masyarakat tentang pengadaan
jamban di setiap rumah. Prioritas masalah di fokuskan pada desa Saotandre melihat
faktor perilaku dan lingkungan yang sangat berpotensi menjadi tempat timbulnya penyakit diare.
D.
Penjabaran Masalah
1.
pengertian
Diare adalah buang air besar lembek atau cair dapat
berupa air saja yang
frekuensinya lebih sering dari biasanya (biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari) (Depkes RI, 2000).
Sedangkan, menurut Widjaja (2002), diare diartikan
sebagai buang air encer lebih dari empat kali sehari, baik disertai lendir dan darah maupun tidak. Hingga
kini diare masih menjadi child killer (pembunuh
anak-anak) peringkat pertama di Indonesia. Semua kelompok usia diserang oleh diare, baik balita,
anak-anak dan orang dewasa. Tetapi penyakit
diare berat dengan kematian yang tinggi terutama terjadi pada bayi dan anak balita (Zubir, 2006).
2. Etiologi
Menurut Widjaja (2002), diare disebabkan oleh faktor
infeksi, malabsorpsi (gangguan penyerapan zat
gizi), makanan dan faktor psikologis.
a.
Faktor infeksi
Infeksi
pada saluran pencernaan merupakan penyebab utama diare pada anak. Jenis-jenis infeksi yang umumnya
menyerang antara lain:
1)
Infeksi oleh bakteri : Escherichia coli, Salmonella thyposa, Vibrio
cholerae
(kolera),
dan serangan bakteri lain yang jumlahnya berlebihan
dan
patogenik seperti pseudomonas.
2)
Infeksi basil (disentri),
3)
Infeksi virus rotavirus,
4)
Infeksi
parasit oleh cacing (Ascaris lumbricoides),
5)
Infeksi jamur (Candida albicans),
6)
Infeksi akibat organ lain, seperti radang tonsil, bronchitis, dan radang
tenggorokan,
dan
7)
Keracunan makanan.
b.
Faktor malabsorpsi
Faktor malabsorpsi dibagi menjadi dua yaitu
malabsorpsi karbohidrat dan
lemak. Malabsorpsi karbohidrat, pada bayi kepekaan terhadap lactoglobulis dalam susu
formula dapat menyebabkan diare. Gejalanya
berupa diare berat, tinja berbau sangat asam, dan sakit di daerah perut. Sedangkan malabsorpsi lemak,
terjadi bila dalam makanan terdapat lemak
yang disebut triglyserida. Triglyserida, dengan bantuan kelenjar lipase, mengubah lemak menjadi micelles
yang siap diabsorpsi usus. Jika tidak
ada lipase dan terjadi kerusakan mukosa usus, diare dapat muncul
karena
lemak tidak terserap dengan baik.
c.
Faktor makanan
Makanan yang mengakibatkan diare adalah makanan yang tercemar, basi, beracun, terlalu banyak
lemak, mentah (sayuran) dan kurang
matang. Makanan yang terkontaminasi jauh lebih mudah mengakibatkan diare pada anak-anak
balita.
d.
Faktor psikologis
Rasa takut, cemas, dan tegang, jika terjadi pada
anak dapat menyebabkan
diare kronis. Tetapi jarang terjadi pada anak balita, umumnya terjadi pada anak yang lebih
besar.
3. Jenis diare
Menurut
Depkes RI (2000), berdasarkan jenisnya diare dibagi empat yaitu :
a.
Diare Akut
Diare akut yaitu, diare yang berlangsung kurang dari
14 hari (umumnya kurang dari 7 hari). Akibatnya
adalah dehidrasi, sedangkan dehidrasi
merupakan penyebab utama kematian bagi penderita diare.
b.
Disentri
Disentri yaitu, diare yang disertai darah dalam
tinjanya. Akibat disentri
adalah anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, dan kemungkinan terjadinnya komplikasi pada
mukosa.
c.
Diare persisten
Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih
dari 14 hari secara terus
menerus. Akibat diare persisten adalah penurunan berat badan dan gangguan metabolisme
d.
Diare dengan masalah lain
Anak yang menderita diare (diare akut dan diare
persisten) mungkin juga
disertai dengan penyakit lain, seperti demam, gangguan gizi atau penyakit lainnya.
4.
Gejala diare
Menurut Widjaja (2000), gejala-gejala diare adalah
sebagai berikut :
a.
Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah. Suhu badannya pun meninggi,
b.
Tinja bayi encer, berlendir atau berdarah,
c.
Warna tinja kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu,
d.
Lecet pada anus,
e.
Gangguan gizi akibat intake (asupan) makanan yang kurang,
f.
Muntah sebelum dan sesudah diare,
g.
Hipoglikemia (penurunan kadar gula darah), dan
h.
Dehidrasi (kekurangan cairan).
Dehidarsi dibagi menjadi tiga macam, yaitu dehidrasi
ringan, dehidrasi sedang
dan dehidarsi berat. Disebut dehidrasi ringan jika cairan tubuh yang hilang 5%. Jika cairan yang hilang lebih
dari 10% disebut dehidrasi berat. Pada
dehidrasi berat, volume darah berkurang, denyut nadi dan jantung bertambah cepat tetapi melemah, tekanan
darah merendah, penderita lemah, kesadaran
menurun dan penderita sangat pucat (Widjaja, 2000).
5.
Epidemiologi penyakit diare
Menurut
Depkes RI (2005), epidemiologi penyakit diare adalah sebagai berikut :
a.
Penyebaran kuman yang menyebabkan diare
Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui fecal
oral antara
lain melalui makanan atau minuman yang tercemar tinja dan atau kontak langsung dengan tinja
penderita. Beberapa perilaku dapat menyebabkan
penyebaran kuman enterik dan meningkatkan risiko terjadinya diare, antara lain tidak
memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan
pada pertama kehidupan, menggunakan botol susu, menyimpan makanan masak pada suhu kamar,
menggunakan air minum yang tercemar,
tidak mencuci tangan sesudah buang air besar atau sesudah membuang tinja anak atau sebelum makan
atau menyuapi anak, dan tidak membuang
tinja dengan benar.
b.
Faktor pejamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare
Faktor pada pejamu yang dapat meningkatkan insiden,
beberapa penyakit dan lamanya diare. Faktor-faktor
tersebut adalah tidak memberikan
ASI sampai umur 2 tahun, kurang gizi, campak, imunodefisiensi
atau imunosupresi dan secara proposional diare lebih banyak terjadi pada golongan balita.
c.
Faktor lingkungan dan perilaku
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang
berbasis lingkungan. Dua faktor yang dominan,
yaitu sarana air bersih dan pembuangan
tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi dengan perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak
sehat karena tercemar kuman diare
serta berakumulasi dengan perilaku yang tidak sehat pula, yaitu melalui makanan dan minuman, maka dapat
menimbulkan kejadian diare.
4. Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Penyakit Diare
1.
Faktor Sosiodemografi
Demografi adalah ilmu yang mempelajari persoalan dan
keadaan perubahan-perubahan penduduk yang
berhubungan dengan komponenkomponen perubahan
tersebut seperti kelahiran, kematian, migrasi sehingga menghasilkan suatu keadaan dan komposisi
penduduk menurut umur dan jenis
kelamin tertentu (Lembaga Demografi FE UI, 2000). Dalam pengertian yang lebih luas, demografi juga
memperhatikan berbagai karakteristik individu
maupun kelompok yang meliputi karakteristik sosial dan demografi, karakteristik pendidikan dan
karakteristik ekonomi. Karakteristik sosial dan demografi
meliputi: jenis kelamin, umur, status perkawinan, dan agama. Karakteristik pendidikan meliputi:
tingkat pendidikan. Karakteristik ekonomi meliputi
jenis pekerjaan, status ekonomi dan pendapatan (Mantra, 2000).
Faktor
sosiodemografi meliputi tingkat pendidikan ibu, jenis pekerjaan ibu, dan umur ibu.
a.
Tingkat pendidikan
Jenjang pendidikan memegang peranan cukup penting
dalam kesehatan masyarakat. Pendidikan
masyarakat yang rendah menjadikan mereka
sulit diberi tahu mengenai pentingnya higyene perorangan dan sanitasi lingkungan untuk mencegah
terjangkitnya penyakit menular, diantaranya
diare. Dengan sulitnya mereka menerima penyuluhan, menyebabkan mereka tidak peduli terhadap
upaya pencegahan penyakit menular
(Sander, 2005).
Masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan lebih
tinggi lebih berorientasi
pada tindakan preventif, mengetahui lebih banyak tentang masalah kesehatan dan memiliki status
kesehatan yang lebih baik. Pada perempuan,
semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin rendah angka kematian bayi dan kematian ibu
(Widyastuti, 2005).
b.
Jenis pekerjaan
Karakteristik pekerjaan seseorang dapat mencerminkan pendapatan, status sosial, pendidikan,
status sosial ekonomi, risiko cedera atau
masalah kesehatan dalam suatu kelompok populasi. Pekerjaan juga merupakan suatu determinan risiko dan
determinan terpapar yang khusus dalam
bidang pekerjaan tertentu serta merupakan prediktor status kesehatan dan kondisi tempat suatu
populasi bekerja (Widyastuti, 2005).
c.
Umur ibu
Sifat manusia yang dapat membawa perbedaan pada
hasil suatu penelitian atau
yang dapat membantu memastikan hubungan sebab akibat dalam hal hubungan penyakit, kondisi
cidera, penyakit kronis, dan penyakit
lain yang dapat menyengsarakan manusia, umur merupakan karakter yang memiliki pengaruh paling
besar. Umur mempunyai lebih banyak
efek pengganggu daripada yang dimiliki karakter tunggal lain. Umur merupakan salah satu variabel
terkuat yang dipakai untuk memprediksi
perbedaan dalam hal penyakit, kondisi, dan peristiwa
kesehatan,
dan karena saling diperbandingkan maka kekuatan variable umur menjadi mudah dilihat (Widyastuti,
2005).
Umur
adalah variabel yang selalu diperhatikan di dalam penyelidikan-penyelidikan
epidemiologi. Angka-angka kesakitan maupun kematian
di dalam hampir semua keadaan menunjukkan hubungan dengan umur (Notoatmodjo, 2003).
2.
Faktor lingkungan
a.
Sumber air minum
Air sangat penting bagi kehidupan manusia. Di dalam
tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air.
Tubuh orang dewasa sekitar 55- 60%
berat badan terdiri dari air, untuk anak-anak sekitar 65% dan untuk bayi sekitar 80%. Kebutuhan manusia akan
air sangat kompleks antara lain
untuk minum, masak, mandi, mencuci dan sebagainya. Di negaranegara berkembang, termasuk Indonesia tiap orang
memerlukan air antara 30-60
liter per hari. Di antara kegunaan-kegunaan air tersebut, yang sangat penting adalah kebutuhan untuk
minum. Oleh karena itu, untuk keperluan
minum dan masak air harus mempunyai persyaratan khusus agar air tersebut tidak menimbulkan
penyakit bagi manusia (Notoatmodjo,
2003).
Sumber air minum utama merupakan salah satu sarana
sanitasi yang tidak kalah pentingnya berkaitan
dengan kejadian diare. Sebagian kuman
infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur fekal oral. Mereka dapat ditularkan dengan
memasukkan ke dalam mulut, cairan atau
benda yang tercemar dengan tinja, misalnya air minum, jari-jari tangan, dan makanan yang disiapkan dalam
panci yang dicuci dengan air tercemar
(Depkes RI, 2000).
Menurut
Slamet (2002) macam-macam sumber air minum antara lain
:
1.
Air permukaan adalah air yang terdapat pada permukaan tanah. Misalnya air sungai, air rawa dan danau.
2.
Air tanah yang tergantung kedalamannya bisa disebut air tanah dangkal atau air
tanah dalam. Air dalam tanah adalah air yang diperoleh
pengumpulan air pada lapisan tanah yang dalam. Misalnya air sumur, air dari mata air.
3.
Air angkasa yaitu air yang berasal dari atmosfir, seperti hujan dan salju.
Menurut
Depkes RI (2000), hal - hal yang perlu diperhatikan
dalam
penyediaan air bersih adalah :
1.
Mengambil air dari sumber air yang bersih.
2.
Mengambil dan menyimpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta menggunakan gayung khusus untuk
mengambil air.
3.
Memelihara atau menjaga sumber air dari pencemaran oleh binatang, anak-anak, dan sumber pengotoran. Jarak
antara sumber air minum dengan
sumber pengotoran seperti septictank, tempat pembuangan sampah dan air limbah harus lebih dari
10 meter.
4.
Mengunakan air yang direbus.
5.
Mencuci semua peralatan masak dan makan dengan air yang bersih dan cukup.
b.
Jenis tempat pembuangan tinja
Pembuangan
tinja merupakan bagian yang penting dari kesehatan lingkungan. Pembuangan tinja yang tidak
menurut aturan memudahkan terjadinya
penyebaran penyakit tertentu yang penulurannya melalui tinja antara lain penyakit diare. Menurut
Notoatmodjo (2003), syarat pembuangan
kotoran yang memenuhi aturan kesehatan adalah :
1.
Tidak mengotori permukaan tanah di sekitarnya,
2.
Tidak mengotori air permukaan di sekitarnya,
3.
Tidak mengotori air dalam tanah di sekitarnya,
4.
Kotoran tidak boleh terbuka sehingga dapat dipakai sebagai tempat lalat bertelur atau perkembangbiakan
vektor penyakit lainnya,
5.
Tidak menimbulkan bau,
6.
Pembuatannya murah, dan
7.
Mudah digunakan dan dipelihara.
Menurut
Entjang (2000), macam-macam tempat pembuangan tinja,
antara lain:
1.
Jamban cemplung (Pit latrine)
Jamban cemplung ini sering dijumpai di daerah
pedesaan. Jamban ini
dibuat dengan jalan membuat lubang ke dalam tanah dengan
diameter 80 – 120 cm sedalam 2,5 sampai 8 meter. Jamban cemplung tidak boleh terlalu dalam,
karena akan mengotori air tanah dibawahnya.
Jarak dari sumber minum sekurang-kurangnya 15 meter.
2.
Jamban air (Water latrine)
Jamban ini terdiri dari bak yang kedap air, diisi
air di dalam tanah sebagai
tempat pembuangan tinja. Proses pembusukkanya sama seperti pembusukan tinja dalam air kali.
3.
Jamban leher angsa (Angsa latrine)
Jamban ini berbentuk leher angsa sehingga akan selalu
terisi air. Fungsi air ini sebagai sumbat
sehingga bau busuk dari kakus tidak tercium.
Bila dipakai, tinjanya tertampung sebentar dan bila disiram air, baru masuk ke bagian yang menurun
untuk masuk ke tempat penampungannya.
4.
Jamban bor (Bored hole latrine)
Tipe ini sama dengan jamban cemplung hanya ukurannya lebih kecil karena untuk pemakaian yang
tidak lama, misalnya untuk perkampungan
sementara. Kerugiannya bila air permukaan banyak mudah
terjadi pengotoran tanah permukaan (meluap).
5.
Jamban keranjang (Bucket latrine)
Tinja ditampung dalam ember atau bejana lain dan
kemudian dibuang di tempat lain, misalnya untuk
penderita yang tak dapat meninggalkan
tempat tidur. Sistem jamban keranjang biasanya menarik
lalat dalam jumlah besar, tidak di lokasi jambannya, tetapi di sepanjang perjalanan ke tempat
pembuangan. Penggunaan jenis jamban
ini biasanya menimbulkan bau.
6.
Jamban parit (Trench latrine)
Dibuat lubang dalam tanah sedalam 30 - 40 cm untuk
tempat defaecatie. Tanah
galiannya dipakai untuk menimbunnya. Penggunaan
jamban parit sering mengakibatkan pelanggaran standar dasar sanitasi, terutama yang
berhubungan dengan pencegahan pencemaran
tanah, pemberantasan lalat, dan pencegahan pencapaian tinja oleh hewan.
7.
Jamban empang / gantung (Overhung latrine)
Jamban ini semacam rumah-rumahan dibuat di atas
kolam, selokan, kali, rawa dan sebagainya.
Kerugiannya mengotori air permukaan
sehingga bibit penyakit yang terdapat didalamnya dapat tersebar kemana-mana dengan air, yang
dapat menimbulkan wabah.
8.
Jamban kimia (Chemical toilet)
Tinja ditampung dalam suatu bejana yang berisi caustic
soda sehingga dihancurkan sekalian
didesinfeksi. Biasanya dipergunakan dalam
kendaraan umum misalnya dalam pesawat udara, dapat pula digunakan dalam rumah. Tempat pembuangan tinja yang tidak
memenuhi syarat sanitasi akan
meningkatkan risiko terjadinya diare berdarah pada anak balita sebesar dua kali lipat dibandingkan
dengan keluarga yang mempunyai kebiasaan
membuang tinjanya yang memenuhi syarat sanitasi (Wibowo,2004)
5. Penatalaksanaan Diare Di Rumah
Dengan Cara
Membuat Larutan Gula Garam (LGG)
Bahan dan alat yang diperlukan
1. Gula pasir
sebanyak 1 (satu) sendok teh munjung
2. Garam dapur
yang halus sebanyak ¼ (seperempat) sendok teh
3. Air masak
atau air teh yang hangat (tidak selagi mendidih) sebanyak 1 (satu) gelas
4. Gelas
belimbing / lainnya yang sama ukurannya, dan sendok teh
Cara membuat
larutan gula garam (LGG)
1. Sebelum
membuat, cucilah tangan sampai bersih
2. Tuangkan air
masak, atau air teh ke dalam gelas sebanyak 1 (satu) gelas
3. Masukkanlah
“gula pasir” dan “garam” menurut takaran yang telah ditentukan
4. Aduklah
sampai gula dan garam menjadi larut semua
5. Minumlah.
Bila habis dibuatkan lagi dengan cara yang sama.
BAB
V
ALTERNATIF
PEMECAHAN MASALAH
A.
Pengembangan alternative pemecahan
masalah
Berdasarkan
prioritas masalah yaitu diare dapat di kembangkan alternatif pemecahan masalah
yaitu:
1.
Intervensi
fisik :
a)
Pembuatan
jamban percontohan di desa saotandre
2.
Intervensi
non fisik
a)
Penyuluhan
penyakit diare
b)
Penyuluhan
JAGA ( jamban keluarga )
B.
Penetapan pemecahan masalah
Penetapan
pemecahan masalah yang kami lakukan yaitu intervensi non fisik yaitu penyuluhan
diare dan penyuluhan JAGA (jamban keluarga)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar