Minggu, 08 April 2012

LAPORAN KKN-PK


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kegiatan KKN-Profesi Kesehatan STIK Makassar merupakan kegiatan belajar di lapangan yang melibatkan mahasiswa profesi keperawatan dan kesehatan masyarakat secara aktif bekerja sama menyatukan programnya dengan program puskesmas. Pelaksanaan kegiatan KKN-PK STIK Makassar bertitik tolak pada landasan pemikiran bahwa STIK Makassar merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat. Sejalan dengan dinamika kemajuan masyarakat dan perubahan-perubahan dalam pembangunan, maka pelaksanaan KKN-PK senantiasa disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat serta visi dan misi STIK Makassar. KKN-PK merupakan salah bentuk kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang di dalamnya telah terpadu dengan tri darma Perguruan Tinggi yaitu darma pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat.
Kegiatan KKN-PK sebagai kegiatan intra kurikuler dilaksanakan oleh setiap mahasiswa program S-1 STIK Makassar yang dibimbing oleh unsur-unsur terkait di lingkungan STIK Makassar dan pejabat di wilayah kerja KKN-PK. Program KKN-PK yang dipersiapkan STIK Makassar, menuntut adanya peningkatan bobot profesi dan dalam pelaksanaannya dilakukan secara interdisplin serta harus bermanfaat bagi masyarakat.


B.     Tujuan KKN-PK
1.      Tujuan umum
Memberikan pendidikan kepada mahasiswa. Namun demikian, karena pelaksanaannya mengambil lokasi di puskesmas dan masyarakat dan memerlukan keterlibatan keduanya, maka realisasinya di lapangan sekaligus dapat memberikan manfaat bagi masyarakat. Oleh karena itu, KKN-PK mengarah untuk memberikan pendidikan pelengkap kepada mahasiswa, membantu masyarakat melancarkan pembangunan kesehatan di wilayah masing-masing. Melalui KKN-PK akan terlihat bahwa perguruan tinggi bukan merupakan suatu kelembagaan yang terpisah dari masyarakat. Akan terjadi saling keterikatan dan saling ketergantungan baik secara fisik maupun emosional antara perguruan tinggi dan masyarakat, sehingga pada gilirannya akan terasa bahwa peranan perguruan tinggi sebagai pusat pengembangan IPTEKS menjadi lebiih nyata.
2.      Tujuan khusus
a.       Dapat mengerti, menghayati, melaksanakan cara berfikir dan bekerja secara interdisipliner.
b.      Dapat menelaah dan memecahkan masalah yang ada di masyarakat secara praktis ilmiah dengan menggunakan pendekatan yang ilmiah pula.
c.       Mampu melaksanakan program pengembangan dan pembangunan bersama masyarakat yang bertumpu pada kultur (kerja) setempat.
d.      Mampu mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh di perguruan tinggi di tengah masyarakat khususnya dalam bidang masyarakat.
C.     Manfaat KKN-PK
1.      Bagi mahasiswa:
a.       Terpapar dengan berbagai masalah nyata dilapangan baik yang berhubungan dengan kesehatan masyarakat maupun diluar kesehatan masyarakat.
b.      Mendapat pengetahuan dan keterampilan yang lebih aplikatif dalam bidang yang diminati.
c.       Bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah kesehatan dan terlatih dalam mengelola berbagai dinamika yang mungkin timbul dalam kelompok.
d.      Menggunakan metodologi yang relevan menganalisis situasis, mengindatifikasi masalah, menetapkan alternative pemecahan masalah, merencanakan programintervensi, menerapkan kegiatan intervensi, melakukan pemantauan kegiatan intervensi serta menilai keberhasilan intervensi.
e.       Sebagai pra-kondisi dalam melaksanakan pendidikan profesi kesehatan masyarakat dengan mengetahui kondisi lapangan yang sebenarnya.
f.       Memperluas jaringan baik dengan institusi kesehatan maupun dengan institusi non kesehatan.
g.      Sebagai upaya penjajakan awal sekaligus melakukan self marketing kepada stake holder untuk memasuki dunia kerja.
2.      Bagi STIK Makassar:
a.       Terbinanya suatu jaringan kerjasama dengan institusi tempat KKN-PK dalam upaya meningkatkan keterkaitan dan kesepadanan antara substansi akademik dengan pengetahuan dan keterampilan sumber daya manusia yang dibutuhkan dalam pembangunan kesehatan masyarakat.
b.      Memperoleh input dalam menyusun kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan nyata dilapangan.
c.       Meningkatnya kapasitas dan kualitas pendidikan dengan melibatkan tenaga terampil dari lapangan dalam kegiatan KKN-PK.
3.      Bagi Institusi terkait:
a.       Penemuan baru mengenai analisis permasalahan dan kiat-kiat dalam pemecahan masalah kesehatan dalam institusi.
b.      Dapat memnfaatkan tenaga terdidik dalam membantu kegiatan manajemen dan operasional institusi.
c.       Dapat memanfaatkan tenaga pembimbing akademik untuk memberi asupan yang relevan dengan kegiatan menajemen maupun operasional institusi tempat MPP-Kesmas.
d.      Dapat memperoleh asupan yang lebih luas dari staf STIK Makassar melalui kegiatan seminar, lokakarya dan lain sebagainya.
e.       Dapat mengembangkan kemitraan dengan STIK Makassar dan institusi lain yang terlibat dalam KKN-PK, baik untuk kegiatan penelitian maupun pengembangan.
D.    Waktu dan Tempat
KKN-PK STIK Makassar dilaksanakan selama 2 bulan (8 minggu) dimulai 6 April – 3 juni 2011. Kegiatan dipusatkan pada pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) Lappadata Kec. Sinjai Tengah Kab. Sinjai.



















BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI KKN-PK
A.    Institusi Secara Umum
1.      Visi, Misi dan Tujuan Puskesmas
Visi Puskesmas
Visi puskesmas Lappadata adalah sebagai penggerak pembangunan kesehatan di wilayah kerja puskesmas Lappadata untuk mewujudkan masyarakat yang sehat dan mandiri.
Misi Puskesmas
a.       Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta untuk tercapainya kemandirian masyarakat di bidang kesehatan.
b.      Menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan yang paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan
c.       Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan
d.      Menciptakan tata kelola pelayanan kesehatan yang baik.
Tujuan
a.       Meningkatkan pemberdayaan masyarakat dan swasta dalam pembangunan kesehatan melalui kerja sama lintas program dan lintas sektoral
b.      Meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau, bermutu dan berkeadilan, serta berbasis bukti, menyeluruh dengan pengutamaan pada upaya promotif dan preventif.
c.       Meningkatkan cakupan pembangunan kesehatan, melalui pendanaan yang ada di puskesmas dan masyarakat
d.      Meningkatkan pengembangan dan pendayagunaan SDM kesehatan yang merata dan bermutu.
e.       Meningkatkan ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat dan alat kesehatan serta menjamin keamanan, khasiat, kemanfaatan, dan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan.
f.       Meningkatkan manajemen kesehatan yang akuntabel, transparan berdayaguna dan berhasilguna untuk memantapkan pelayanan kesehatan yang bertanggung jawab.
Kedudukan
a.       Sistem Kesehatan Nasional
Sebagai sarana pelayanan kesehatan strata pertama yang  bertanggungjawab menyelenggarakan UKP dan UKM di wilayah  kerjanya.
b.      Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota
Sebagai UPT Dinas Kesehatan yang bertanggungjawab  menyelenggarakan sebagian tugas pembangunan kesehatan Kabupaten/kota di wilayah kerjanya.
c.        Unit Pelaksana Teknis Dinas (Sistem Pemerintahan Daerah) kesehatan kabupaten/kota
Merupakan unit struktural Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota bidang kesehatan di tingkat kecamatan.
d.      Antar Sarana Pelayanan Kesehatan Strata Pertama
Sebagai mitra dan sebagai pembina upaya kesehatan berbasis dan bersumberdaya masyarakat seperti Posyandu, Polindes, Pos Obat Desa dan Pos UKK.
Tugas
a.       Upaya Kesehatan Wajib
Upaya kesehatan wajib di puskesmas adalah upaya yang wajib ditetapkan berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta yang mempunyai daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
Upaya kesehatan wajib tersebut, adalah:
1.)    Upaya promosi kesehatan
2.)    Upaya kesehatan lingkungan
3.)    Upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana
4.)    Upaya perbaikan gizi masyarakat
5.)    Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
6.)    Upaya pengobatan


b.      Upaya Kesehatan Pengembangan
Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang disesuaikan dengan kemampuan puskesmas.
Upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok puskesmas yang telah ada, yakni:
1.)    Upaya kesehatan sekolah
2.)    Upaya kesehatan olah raga
3.)    Upaya perawatan kesehatan masyarakat
4.)    Upaya kesehatan kerja
5.)    Upaya kesehatan gigi dan mulut
6.)    Upaya kesehatan jiwa
7.)    Upaya kesehatan mata
8.)    Upaya kesehatan usia lanjut
9.)    Upaya pembinaan pengobatan tradisional
Fungsi Puskesmas
a.       Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan
b.      Pusat Pemberdayaan Masyarakat
c.       Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama
d.      Pelayanan Kesehatan Perorangan
e.       Pelayanan Kesehatan Masyarakat


Kewenangan
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota, puskesmas berperan menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.
a.       Unit pelaksana teknis
Sebagai unit pelaksana teknis (UPTD) dinas kesehatan kabupaten/kota, puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional dinas kesehatan kabupaten/kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia.
b.      Pembangunan kesehatan
Menyelenggarakan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
c.       Pertanggungjawaban penyelenggaraan
Penanggungjawab untuk sebagian upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota sesuai dengan kemampuannya.
d.      Wilayah kerja
Standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan. Tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari satu pusksmas, maka tanggung jawab wilayah kerja dibagi antarpuskesmas, dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah (desa/kelurahan atau RW). Masing-masing puskesmas tersebut secara operasional bertanggungjawab langsung kepada dinas kesehatan kabupaten/kota.
B.       Unit Tempat KKN-PK Secara Khusus
1.      Tugas dan Fungsi
a.       Membantu mensukseskan pembangunan berwawasan kesehatan di tingkat desa
b.      Merupakan perpanjangan tangan puskesmas dalam rangka melakukan kegiatan pokok dan kegiatan pengembanghan di tingkat pustu/desa meliputi upaya promotif, preventif, dan kuratif sederhana di tingkat desa
c.       Melakukan fungsi konsultgasi/rujukan ketika ada masalah yang terpaut tentang kesehatan di wilayahnya yang berpotensi menimbulkan KLB yang butuh penanganan serius untuk menyelesaikan masalah kesehatan masyarakat
2.      Tugas dan Fungsi Dari Masing-Masing Sub Bagiannya
a.       Kepala PUSTU (Puskesmas Pembantu)
1.)    Melakukan fungsi koordinasi, konsultasi dan rujukan ke puskesmas
2.)    Membina kemitraan lintas sector dalam rangka mensukseskan program atau kegiatan kesehatan di tingkat desa
b.      Bidan Desa
1.)    Memberikan pelayanan umum
2.)    Memberikan pelayanan antenatal
3.)    Memberikan pertolongan persalinan
4.)    Memberikan pelayanan nifas
5.)    Memberikan penanganan kegawatan obstetric dan neonatal
c.       Posyandu
1.)    Wahana kegiatan keterpaduan KB- Kesehatan ditingkat kelurahan atau desa, yang melakukan kegiatan lima program prioritas yaitu : KB, Gizi, KIA, Imunisasi, dan Penanggulangan Diare.
2.)    Salah satu wujud peran serta masyarakat dalam pembangunan, khususnya kesehatan dengan menciptakan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk dalam mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
3.)    Forum yang menjembatani ahli tekhnologi dan ahli kelola untuk upaya-upaya kesehatan yang professional kepada masyarakat sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat agar dapat hidup sehat.
4.)    Mempercepat penurunan angka kematian bayi, anak balita, dan angka kelahiran.
5.)    Mempercepat penerimaan NKKBS.
6.)    Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatn-kegiatan kesehatan dan lainnya yang menunjang  sesuai dengan kebutuhan.



BAB III
ANALISIS SITUASI PADA UNIT TEMPAT KERJA
A.    Sarana dan Fasilitas Kesehatan
1.  Fasilitas kesehatan yang ada dalam wilayah kerja puskesmas lappadata adalah sebagai berikut :
Posyandu                                : 19 buah
Puskesmas pembantu              : 5 buah
Kendaraan roda empat            : 1 unit
Kendaraan roda dua               : 6 unit
B.     Jumlah dan Kualifikasi Personil
Table 1. Jumlah dan Kualifikasi Pegawai Puskesmas Lappadata
NO.
BIDANG
JUMLAH
Strata Pendidikan
Status Kepegawaian
SLTP↓
SPK
D2/D3
S1/S2
PNS
PTT
Honor
1.
Dokter



2
2


2.
Perawat


9
2
6

5
3.
Perawat Gigi


4

2

2
4.
Bidan


7

2

5
5.
Kesmas


1
3
3

1
6.
Apoteker


1



1
7.
Analis Kesehatan


1

1


8.
Dll







Total


23
7
16

14
30
30
C.     Uraian tugas personil
Table 2. Uraian Tugas Pegawai Sesuai Bidangnya
NO.
BIDANG
TUGAS
1.
Dokter Umum
a.    Memimpin PKM
b.   Manajemen tentang ketenagakerjaan
c.    Manajemen tentang suksesnya program PKM
2.
Perawat
a.    Membantu tugas pimpinan yang berkaitan dengan tugas yang diberikan,yakni:
b.   Pelayanan pasien dirawat jalan
c.    Pelayanan pasien di OK/UGD
d.   Pelayanan pasien di rawat inap
e.    Pelayanan pasien di poli TB paru/kusta
f.    Pencatatan dan pelaporan
3.
Perawat gigi
a.    Memberikn pelayanan terhadap pasien di poli gigi
b.   Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut untuk anak sekolah di tingkat SD
4.
Bidan
c.    Memberikan pelayanan umum
d.   Memberikan pelayanan antenatal
e.    Memberikan pertolongan persalinan
f.    Memberikan pelayanan nifas
g.   Memberikan penanganan kegawatan obstetric dan neonatal
5.
Kesmas:
a.    Promosi kesehatan
b.   Kesehatan lingkungan
c.    Epidemiologi (P2M)

d.   Gizi


Promosi PHBS
Penyehatan Pemukiman
Pemberantasan Penyakit Menular (diare, ISPA, malaria, TB,dll)
Distribusi vit.A/Fe/cap yod, PSG,Promosi Gizi
6.
Apoteker
Pemberian obat sesuai resep dokter

D.    Mekanisme dan Prosedur dari Pelaksanaan Program
1.      Pelayanan kesehatan wajib (di dalam gedung Puskesmas)
Upaya kesehatan wajib puskesmas mencakup promosi kesehatan, kesehatan lingkungan, KB dan KIA, Gizi, P2M dan pengobatan (medic dasar, OK/UGD, Lab. sederhana)


5  TAHAPAN ALUR PELAYANAN STANDAR PUSKESMAS LAPPADATA
Rawat Jalan
1. MENDAFTARKAN IDENTITAS PASIEN DI RUANG LOKET/KARTU
  • Pengunjung harus mendaftarkan diri di loket/kartu agar tercatat dalam kartu kunjungan pasien, dengan menunjukkan kartu identitas (KTP, askes, jamkesmas) yang masih berlaku
2. MENUNGGU GILIRAN PANGGILAN DI RUANG TUNGGU
  • Silakan menuju ruang tunggu puskesmas, menanti giliran panggilan pelayanan yang diperlukan
3. MENUJU RUANG PERIKSA PELAYANAN RAWAT JALAN
  • Setelah mendapatkan giliran dipanggil oleh petugas, pasien diarahkan langsung menuju tempat pemeriksaan dokter (poli umum atau poli gigi) sesuai keluhan yang dialaminya.
4. MENGAMBIL RESEP OBAT DI RUANG APOTEK
  • Pengunjung yang mendapatkan resep obat, setelah diperiksa dokter, dimohon menunggu dengan sabar, pelayanan obat yang bisa ditebus langsung di ruangan apotek puskesmas
5. MENINGGALKAN RUANGAN PUSKESMAS
Rawat Inap
1.  Ruangan Unit Gawat Darurat (UGD)
  1. Bagi pasien dalam keadaan darurat, pada jam kerja atau di luar jam kerja,pasien bisa langsung mendaftar menuju ke ruang UGD.
  2. Idealnya ruangan UGD harus dilengkapi peralatan medis, obat-obat danalat kesehatan lainnya untuk kepentingan layanan darurat.
2. Penataan Ruangan Perawatan
  • Jika pasien sudah diperiksa di UGD, dan dinyatakan bisa dirawat dipuskesmas, maka pasien diantarkan menuju ruang perawatan
  • Dalam hal ini, perlu diperhatikan kelengkapan tempat tidur, kasur, sprey,meja pasien, meja kerja dan ruang tunggu keluarga
  • Bila pasien tidak mampu dirawat, maka perlu dirujuk ke Rumah Sakit (RS).


3. Penataan Ruangan Persalinan
  • Khusus ibu hamil, mau melahirkan, pasien dengan keluhan penyakitkandungan, langsung menuju ruangan bersalin.
  • Dalam ruangan ini, mesti telah dilengkapi meja khusus, tempat tidur bayi,inkubator neonatus, alat pertolongan persalinan normal
  • Jika ada indikasi risiko tinggi, pasien harus segera dirujuk ke RS.
4. Pengaturan Jadwal Jaga Petugas
  • Perlu diatur penanggung jawab ruangan, perawat dan bidan jaga, petugas kebersihan, keamanan, juru masak, tukang cuci yang membantu pelayanan..
5. Pembenahan Administrasi Pelayanan
  • Kelengkapan administrasi antara lain: register pasien, list catatan medik, perjalanan perkembangan penyakit, pencatan dan pelaporan pelayanan.
Prinsip penataaan dan pengaturan ini bisa disesuaikan dengan kapasitas kerja,sumber dana, sumber daya dari kondisi puskesmas..
E.     Pendekatan Sistem
Pendekatan yang dilakukan di tingkat puskesmas ialah pendekatan lintas program dan lintas sektor.


1.      Tatanan sekolah
Kegiatan lintas sektor antara puskesmas dan sekolah, seperti pada Sekolah Dasar dilakukan pemeriksaan gigi dan mulut, pemberian vitamin A, konsumsi garam beryodium, vaksinasi TT, pemeriksaan darah, promosi PHBS, dll. Semua kegiatan tersebut dilaksanakan atas kerjasama lintas program antara program promosi kesehatan, gizi, poliklinik gigi, dan KIA.
2.      Tatanan tempat kerja
Kegiatan lintas program antara puskesmas dan industry rumah tangga, seperti pada tempat pembuatan gula merah dan makanan siap saji. Kegiatan yang dilakukan yaitu pemeriksaan sanitari produk industry rumah tangga dan cara pembuatannya. Kegiatan tesebut dilaksanakan atas kerja sama antara program sanitari, gizi, kesehatan kerja dan promosi kesehatan.
3.      Tatanan tempat-tempat umum
Kegiatan lintas sector antara puskesmas, dinas tata kota, dinas pertamanan dan dinas kebersihan. Kegiatan yang dilakukan seperti pengadaan tempat sampah umum.






BAB IV
IDENTIFIKASI DAN PRIORITAS MASALAH
A.    Definisi Masalah
1.      Kondisi geografis dan Demografi
Puskesmas Lappadata mempunyai jarak kurang lebih 20 km dari ibu kota Kabupaten Sinjai dan sekitar 200 km dari ibu kota Makassar. Dari segi jarak Puskesmas Lappadata agak sulit di janngkau oleh penduduk yang menjadi wilayah kerja Puskesmas, hal ini disebabkan oleh kondisi wilayah yang terdiri atas gunung-gunung sehingga agak sulit untuk dilalui. Jarak Puskesmas paling jauh sekitar 5 km dari desa ke kecamatan dimana memakan waktu 30-45 menit dengan menggunakan kendaraan.
Luas wilayah kerja Puskesmas Lappadata sekitar 52,14 km bujur sangkar yang terdiri dari 4 desa dan 1 kelurahan. Puskesmas Lappadata yang berada di kecamatan Sinjai Tengah merupakan salah satu dari Sembilan kecamatan yang ada di kabupaten Sinjai.
Wilayah kerja Puskesmas Lappadata mempunyai kondisi geografis daerah gunung-gunung dan mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut :
a.       Sebelah Utara berbatasan dengan desa Bulupoddo
b.      Sebelah Timur berbatasan dengan desa Kampala
c.       Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Talle
d.      Sebelah Barat berbatasan dengan Sinjai Borong


Jumlah penduduk Sinjai Tengah pada tahun 2006 adalah 10.898 data statistik 2006 jiwa yang terdiri dari laki-laki 5.229 jiwa dan perempuan 5.669 jiwa yang berada dalam wilayah desa.
1)      Kulurahan Samaenre jumlah penduduknya adalah 2137 jiwa yang terdiri dari laki-laki 1045 jiwa dan perempuan 1.092 jiwa.
2)      Desa Kanrung jumlah penduduknya adalah 2.852 jiwa yang terdiri dari laki-laki 128 jiwa dan perempuan 1463 jiwa.
3)      Desa Baru jumlah penduduknya adalah 1.710 jiwa yang terdiri dari laki-laki 818 jiwa dan perempuan 892 jiwa.
4)      Desa Saotanre jumlah penduduknya adalah 1585 jiwa yang terdiri dari laki-laki 764 jiwa dan perempuan 821 jiwa.
5)      Desa Mattenru Tellue jumlah penduduknya adalah 2614 jiwa yang terdiri dari laki-laki 1.213 jiwa dan perempuan 1.401 jiwa.
2.      Definisi Masalah
Dari kondisi geografis dan demografi masalah yang banyak terjadi yaitu ispa dan diare di mana masalah air dan masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk membuat jamban menjadi faktor penting sehingga terjadinya penyakit diare.
B.     Bentuk Permasalahan
Dari data 10 penyakit utama, ditemukan bahwa penyakit yang menempati urutan pertama di wilayah kerja PKM Lappadata ialah penyakit Ispa (Common cold) berdasarkan data 3 bulan terakhir, yang masuk kedalam  laporan data 10 penyakit utama triwulan I  puskesmas Lappadata tahun 2011
Berikut adalah grafik dari data 10 penyakit utama triwulan I tahun 2011 di wilayah Puskesmas Lappadata.
Gambar 1.Grafik 10 penyakit utama triwulan I tahun 2011
di wilayah Puskesmas Lappadata




                  Sumber : data laporan bulanan 1 PKM Lappadata                     

Akan tetapi yang menjadi prioritas masalah adalah pada bagian kesehatan lingkungan dimana pada empat desa yang masuk wilayah kerja puskesmas Lappadata yaitu kelurahan samaenre, desa  baru, desa mantenru tellue, desa kanrung dan desa saotanre terdapat satu dusun  yang masih kurang memiliki jamban keluarga tepatnya di desa saotanre dusun haru dan dari data 10 penyakit utama yang masuk kedalam laporan triwulan        I di pustu saotanre tahun 2011 diare termasuk penyakit yang menempati urutan kedua.

Tabel 3. Distribusi Kepemilikan Jamban Keluarga
di Desa Saotanre Tahun 2011


No
Nama Dusun

Jumlah Rumah
Kepemilikan JAGA
Ya
Tidak
1
Lappa
57
40
17
2
Haru
90
22
68
3
Halimping
52
42
10
4
Saukang
49
37
12

Jumlah
248
141
107

Gambar 2. Grafik 10 Penyakit Utama Triwulan I
Pustu Saotanre Tahun 2011





     Berdasarkan gambar di atas bahwa penyakit dermatitis  dan diare menjadi penyakit yang banyak di derita oleh masyarakat saotandre pada triwulan I yaitu dermatitis sebanyak 57 orang dan diare sebanyak 55 orang. Sedangkan penyakit ispa di urutan ketiga dengan jumlah penderita sebanyak 23 orang.
C.     Prioritas Masalah
Berdasarkan dari gambar grafik penyakit utama triwulan I pustu saotandre, diare merupakan masalah tertinggi  ke dua yang muncul dari tahun ke tahun di desa saotandre. Diare disini lebih di karenakan karena belum kesadaran masyarakat tentang pengadaan jamban di setiap rumah. Prioritas masalah di fokuskan pada desa Saotandre melihat faktor perilaku dan lingkungan yang sangat berpotensi menjadi tempat timbulnya penyakit diare.
D.    Penjabaran Masalah
1. pengertian
Diare adalah buang air besar lembek atau cair dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari) (Depkes RI, 2000). Sedangkan, menurut Widjaja (2002), diare diartikan sebagai buang air encer lebih dari empat kali sehari, baik disertai lendir dan darah maupun tidak. Hingga kini diare masih menjadi child killer (pembunuh anak-anak) peringkat pertama di Indonesia. Semua kelompok usia diserang oleh diare, baik balita, anak-anak dan orang dewasa. Tetapi penyakit diare berat dengan kematian yang tinggi terutama terjadi pada bayi dan anak balita (Zubir, 2006).
2. Etiologi
Menurut Widjaja (2002), diare disebabkan oleh faktor infeksi, malabsorpsi (gangguan penyerapan zat gizi), makanan dan faktor psikologis.
a. Faktor infeksi
Infeksi pada saluran pencernaan merupakan penyebab utama diare pada anak. Jenis-jenis infeksi yang umumnya menyerang antara lain:
1) Infeksi oleh bakteri : Escherichia coli, Salmonella thyposa, Vibrio
cholerae (kolera), dan serangan bakteri lain yang jumlahnya berlebihan
dan patogenik seperti pseudomonas.
2) Infeksi basil (disentri),
3) Infeksi virus rotavirus,
4) Infeksi parasit oleh cacing (Ascaris lumbricoides),
5) Infeksi jamur (Candida albicans),
6) Infeksi akibat organ lain, seperti radang tonsil, bronchitis, dan radang
tenggorokan, dan
7) Keracunan makanan.
b. Faktor malabsorpsi
Faktor malabsorpsi dibagi menjadi dua yaitu malabsorpsi karbohidrat dan lemak. Malabsorpsi karbohidrat, pada bayi kepekaan terhadap lactoglobulis dalam susu formula dapat menyebabkan diare. Gejalanya berupa diare berat, tinja berbau sangat asam, dan sakit di daerah perut. Sedangkan malabsorpsi lemak, terjadi bila dalam makanan terdapat lemak yang disebut triglyserida. Triglyserida, dengan bantuan kelenjar lipase, mengubah lemak menjadi micelles yang siap diabsorpsi usus. Jika tidak ada lipase dan terjadi kerusakan mukosa usus, diare dapat muncul
karena lemak tidak terserap dengan baik.
c. Faktor makanan
Makanan yang mengakibatkan diare adalah makanan yang tercemar, basi, beracun, terlalu banyak lemak, mentah (sayuran) dan kurang matang. Makanan yang terkontaminasi jauh lebih mudah mengakibatkan diare pada anak-anak balita.
d. Faktor psikologis
Rasa takut, cemas, dan tegang, jika terjadi pada anak dapat menyebabkan diare kronis. Tetapi jarang terjadi pada anak balita, umumnya terjadi pada anak yang lebih besar.
3. Jenis diare
Menurut Depkes RI (2000), berdasarkan jenisnya diare dibagi empat yaitu :
a. Diare Akut
Diare akut yaitu, diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya kurang dari 7 hari). Akibatnya adalah dehidrasi, sedangkan dehidrasi merupakan penyebab utama kematian bagi penderita diare.
b. Disentri
Disentri yaitu, diare yang disertai darah dalam tinjanya. Akibat disentri adalah anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, dan kemungkinan terjadinnya komplikasi pada mukosa.
c. Diare persisten
Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara terus menerus. Akibat diare persisten adalah penurunan berat badan dan gangguan metabolisme
d. Diare dengan masalah lain
Anak yang menderita diare (diare akut dan diare persisten) mungkin juga disertai dengan penyakit lain, seperti demam, gangguan gizi atau penyakit lainnya.
4. Gejala diare
Menurut Widjaja (2000), gejala-gejala diare adalah sebagai berikut :
a. Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah. Suhu badannya pun meninggi,
b. Tinja bayi encer, berlendir atau berdarah,
c. Warna tinja kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu,
d. Lecet pada anus,
e. Gangguan gizi akibat intake (asupan) makanan yang kurang,
f. Muntah sebelum dan sesudah diare,
g. Hipoglikemia (penurunan kadar gula darah), dan
h. Dehidrasi (kekurangan cairan).
Dehidarsi dibagi menjadi tiga macam, yaitu dehidrasi ringan, dehidrasi sedang dan dehidarsi berat. Disebut dehidrasi ringan jika cairan tubuh yang hilang 5%. Jika cairan yang hilang lebih dari 10% disebut dehidrasi berat. Pada dehidrasi berat, volume darah berkurang, denyut nadi dan jantung bertambah cepat tetapi melemah, tekanan darah merendah, penderita lemah, kesadaran menurun dan penderita sangat pucat (Widjaja, 2000).
5. Epidemiologi penyakit diare
Menurut Depkes RI (2005), epidemiologi penyakit diare adalah sebagai berikut :
a. Penyebaran kuman yang menyebabkan diare
Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui fecal oral antara lain melalui makanan atau minuman yang tercemar tinja dan atau kontak langsung dengan tinja penderita. Beberapa perilaku dapat menyebabkan penyebaran kuman enterik dan meningkatkan risiko terjadinya diare, antara lain tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pada pertama kehidupan, menggunakan botol susu, menyimpan makanan masak pada suhu kamar, menggunakan air minum yang tercemar, tidak mencuci tangan sesudah buang air besar atau sesudah membuang tinja anak atau sebelum makan atau menyuapi anak, dan tidak membuang tinja dengan benar.
b. Faktor pejamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare
Faktor pada pejamu yang dapat meningkatkan insiden, beberapa penyakit dan lamanya diare. Faktor-faktor tersebut adalah tidak memberikan ASI sampai umur 2 tahun, kurang gizi, campak, imunodefisiensi atau imunosupresi dan secara proposional diare lebih banyak terjadi pada golongan balita.


c. Faktor lingkungan dan perilaku
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan. Dua faktor yang dominan, yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi dengan perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku yang tidak sehat pula, yaitu melalui makanan dan minuman, maka dapat menimbulkan kejadian diare.
4. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Penyakit Diare
1. Faktor Sosiodemografi
Demografi adalah ilmu yang mempelajari persoalan dan keadaan perubahan-perubahan penduduk yang berhubungan dengan komponenkomponen perubahan tersebut seperti kelahiran, kematian, migrasi sehingga menghasilkan suatu keadaan dan komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin tertentu (Lembaga Demografi FE UI, 2000). Dalam pengertian yang lebih luas, demografi juga memperhatikan berbagai karakteristik individu maupun kelompok yang meliputi karakteristik sosial dan demografi, karakteristik pendidikan dan karakteristik ekonomi. Karakteristik sosial dan demografi meliputi: jenis kelamin, umur, status perkawinan, dan agama. Karakteristik pendidikan meliputi: tingkat pendidikan. Karakteristik ekonomi meliputi jenis pekerjaan, status ekonomi dan pendapatan (Mantra, 2000).
Faktor sosiodemografi meliputi tingkat pendidikan ibu, jenis pekerjaan ibu, dan umur ibu.
a. Tingkat pendidikan
Jenjang pendidikan memegang peranan cukup penting dalam kesehatan masyarakat. Pendidikan masyarakat yang rendah menjadikan mereka sulit diberi tahu mengenai pentingnya higyene perorangan dan sanitasi lingkungan untuk mencegah terjangkitnya penyakit menular, diantaranya diare. Dengan sulitnya mereka menerima penyuluhan, menyebabkan mereka tidak peduli terhadap upaya pencegahan penyakit menular (Sander, 2005).
Masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi lebih berorientasi pada tindakan preventif, mengetahui lebih banyak tentang masalah kesehatan dan memiliki status kesehatan yang lebih baik. Pada perempuan, semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin rendah angka kematian bayi dan kematian ibu (Widyastuti, 2005).
b. Jenis pekerjaan
Karakteristik pekerjaan seseorang dapat mencerminkan pendapatan, status sosial, pendidikan, status sosial ekonomi, risiko cedera atau masalah kesehatan dalam suatu kelompok populasi. Pekerjaan juga merupakan suatu determinan risiko dan determinan terpapar yang khusus dalam bidang pekerjaan tertentu serta merupakan prediktor status kesehatan dan kondisi tempat suatu populasi bekerja (Widyastuti, 2005).
c. Umur ibu
Sifat manusia yang dapat membawa perbedaan pada hasil suatu penelitian atau yang dapat membantu memastikan hubungan sebab akibat dalam hal hubungan penyakit, kondisi cidera, penyakit kronis, dan penyakit lain yang dapat menyengsarakan manusia, umur merupakan karakter yang memiliki pengaruh paling besar. Umur mempunyai lebih banyak efek pengganggu daripada yang dimiliki karakter tunggal lain. Umur merupakan salah satu variabel terkuat yang dipakai untuk memprediksi perbedaan dalam hal penyakit, kondisi, dan peristiwa
kesehatan, dan karena saling diperbandingkan maka kekuatan variable umur menjadi mudah dilihat (Widyastuti, 2005).
Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan di dalam penyelidikan-penyelidikan epidemiologi. Angka-angka kesakitan maupun kematian di dalam hampir semua keadaan menunjukkan hubungan dengan umur (Notoatmodjo, 2003).
2. Faktor lingkungan
a. Sumber air minum
Air sangat penting bagi kehidupan manusia. Di dalam tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air. Tubuh orang dewasa sekitar 55- 60% berat badan terdiri dari air, untuk anak-anak sekitar 65% dan untuk bayi sekitar 80%. Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks antara lain untuk minum, masak, mandi, mencuci dan sebagainya. Di negaranegara berkembang, termasuk Indonesia tiap orang memerlukan air antara 30-60 liter per hari. Di antara kegunaan-kegunaan air tersebut, yang sangat penting adalah kebutuhan untuk minum. Oleh karena itu, untuk keperluan minum dan masak air harus mempunyai persyaratan khusus agar air tersebut tidak menimbulkan penyakit bagi manusia (Notoatmodjo, 2003).
Sumber air minum utama merupakan salah satu sarana sanitasi yang tidak kalah pentingnya berkaitan dengan kejadian diare. Sebagian kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur fekal oral. Mereka dapat ditularkan dengan memasukkan ke dalam mulut, cairan atau benda yang tercemar dengan tinja, misalnya air minum, jari-jari tangan, dan makanan yang disiapkan dalam panci yang dicuci dengan air tercemar (Depkes RI, 2000).
Menurut Slamet (2002) macam-macam sumber air minum antara lain :
1. Air permukaan adalah air yang terdapat pada permukaan tanah. Misalnya air sungai, air rawa dan danau.
2. Air tanah yang tergantung kedalamannya bisa disebut air tanah dangkal atau air tanah dalam. Air dalam tanah adalah air yang diperoleh pengumpulan air pada lapisan tanah yang dalam. Misalnya air sumur, air dari mata air.
3. Air angkasa yaitu air yang berasal dari atmosfir, seperti hujan dan salju.
Menurut Depkes RI (2000), hal - hal yang perlu diperhatikan
dalam penyediaan air bersih adalah :
1. Mengambil air dari sumber air yang bersih.
2. Mengambil dan menyimpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta menggunakan gayung khusus untuk mengambil air.
3. Memelihara atau menjaga sumber air dari pencemaran oleh binatang, anak-anak, dan sumber pengotoran. Jarak antara sumber air minum dengan sumber pengotoran seperti septictank, tempat pembuangan sampah dan air limbah harus lebih dari 10 meter.
4. Mengunakan air yang direbus.
5. Mencuci semua peralatan masak dan makan dengan air yang bersih dan cukup.
b. Jenis tempat pembuangan tinja
Pembuangan tinja merupakan bagian yang penting dari kesehatan lingkungan. Pembuangan tinja yang tidak menurut aturan memudahkan terjadinya penyebaran penyakit tertentu yang penulurannya melalui tinja antara lain penyakit diare. Menurut Notoatmodjo (2003), syarat pembuangan kotoran yang memenuhi aturan kesehatan adalah :
1. Tidak mengotori permukaan tanah di sekitarnya,
2. Tidak mengotori air permukaan di sekitarnya,
3. Tidak mengotori air dalam tanah di sekitarnya,
4. Kotoran tidak boleh terbuka sehingga dapat dipakai sebagai tempat lalat bertelur atau perkembangbiakan vektor penyakit lainnya,
5. Tidak menimbulkan bau,
6. Pembuatannya murah, dan
7. Mudah digunakan dan dipelihara.
Menurut Entjang (2000), macam-macam tempat pembuangan tinja, antara lain:
1. Jamban cemplung (Pit latrine)
Jamban cemplung ini sering dijumpai di daerah pedesaan. Jamban ini dibuat dengan jalan membuat lubang ke dalam tanah dengan diameter 80 – 120 cm sedalam 2,5 sampai 8 meter. Jamban cemplung tidak boleh terlalu dalam, karena akan mengotori air tanah dibawahnya. Jarak dari sumber minum sekurang-kurangnya 15 meter.



2. Jamban air (Water latrine)
Jamban ini terdiri dari bak yang kedap air, diisi air di dalam tanah sebagai tempat pembuangan tinja. Proses pembusukkanya sama seperti pembusukan tinja dalam air kali.
3. Jamban leher angsa (Angsa latrine)
Jamban ini berbentuk leher angsa sehingga akan selalu terisi air. Fungsi air ini sebagai sumbat sehingga bau busuk dari kakus tidak tercium. Bila dipakai, tinjanya tertampung sebentar dan bila disiram air, baru masuk ke bagian yang menurun untuk masuk ke tempat penampungannya.
4. Jamban bor (Bored hole latrine)
Tipe ini sama dengan jamban cemplung hanya ukurannya lebih kecil karena untuk pemakaian yang tidak lama, misalnya untuk perkampungan sementara. Kerugiannya bila air permukaan banyak mudah terjadi pengotoran tanah permukaan (meluap).
5. Jamban keranjang (Bucket latrine)
Tinja ditampung dalam ember atau bejana lain dan kemudian dibuang di tempat lain, misalnya untuk penderita yang tak dapat meninggalkan tempat tidur. Sistem jamban keranjang biasanya menarik lalat dalam jumlah besar, tidak di lokasi jambannya, tetapi di sepanjang perjalanan ke tempat pembuangan. Penggunaan jenis jamban ini biasanya menimbulkan bau.
6. Jamban parit (Trench latrine)
Dibuat lubang dalam tanah sedalam 30 - 40 cm untuk tempat defaecatie. Tanah galiannya dipakai untuk menimbunnya. Penggunaan jamban parit sering mengakibatkan pelanggaran standar dasar sanitasi, terutama yang berhubungan dengan pencegahan pencemaran tanah, pemberantasan lalat, dan pencegahan pencapaian tinja oleh hewan.
7. Jamban empang / gantung (Overhung latrine)
Jamban ini semacam rumah-rumahan dibuat di atas kolam, selokan, kali, rawa dan sebagainya. Kerugiannya mengotori air permukaan sehingga bibit penyakit yang terdapat didalamnya dapat tersebar kemana-mana dengan air, yang dapat menimbulkan wabah.
8. Jamban kimia (Chemical toilet)
Tinja ditampung dalam suatu bejana yang berisi caustic soda sehingga dihancurkan sekalian didesinfeksi. Biasanya dipergunakan dalam kendaraan umum misalnya dalam pesawat udara, dapat pula digunakan dalam rumah. Tempat pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat sanitasi akan meningkatkan risiko terjadinya diare berdarah pada anak balita sebesar dua kali lipat dibandingkan dengan keluarga yang mempunyai kebiasaan membuang tinjanya yang memenuhi syarat sanitasi (Wibowo,2004)
5.  Penatalaksanaan Diare Di Rumah
Dengan Cara Membuat Larutan Gula Garam (LGG)
 Bahan dan alat yang diperlukan
1. Gula pasir sebanyak 1 (satu) sendok teh munjung
2. Garam dapur yang halus sebanyak ¼ (seperempat) sendok teh
3. Air masak atau air teh yang hangat (tidak selagi mendidih) sebanyak 1 (satu) gelas
4. Gelas belimbing / lainnya yang sama ukurannya, dan sendok teh
Cara membuat larutan gula garam (LGG)
1. Sebelum membuat, cucilah tangan sampai bersih
2. Tuangkan air masak, atau air teh ke dalam gelas sebanyak 1 (satu) gelas
3. Masukkanlah “gula pasir” dan “garam” menurut takaran yang telah ditentukan
4. Aduklah sampai gula dan garam menjadi larut semua
5. Minumlah. Bila habis dibuatkan lagi dengan cara yang sama.
















BAB V
ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH
A.    Pengembangan alternative pemecahan masalah
Berdasarkan prioritas masalah yaitu diare dapat di kembangkan alternatif pemecahan masalah yaitu:
1.         Intervensi fisik :
a)      Pembuatan jamban percontohan di desa saotandre
2.         Intervensi non fisik
a)      Penyuluhan penyakit diare
b)      Penyuluhan JAGA ( jamban keluarga )
B.     Penetapan pemecahan masalah
Penetapan pemecahan masalah yang kami lakukan yaitu intervensi non fisik yaitu penyuluhan diare dan penyuluhan JAGA (jamban keluarga)

Tidak ada komentar: